Minggu, 29 Desember 2013

Penghapusan bahasa inggris untuk tingkat sekolah dasar

POLEMIK PENGHAPUSAN MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA TINGKAT DASAR.

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa Inggris merupakan bahasa yang dipakai secara internasional dan merupakan bahasa resmi dibeberapa organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Olimpiade Internasional, serta bahasa resmi di berbagai negara, seperti di Afrika Selatan, Belize, Filipina, Hong Kong, Irlandia, Kanada, Nigeria, Singapura, dan lainnya. Bahasa Inggris juga merupakan bahasa kedua pertama yang dipelajari setelah bahasa ibu ( Bahasa Indonesia dan Bahas Daerah).
Melihat kedudukan sebagai bahasa resmi internasional, sudah seperti menjadi keharusan bagi kita untuk mempelajari dan memahami bahasa inggris secara baik bila tidak ingin tertinggal dari yang lain, terutama negara lain. Dengan mempelajari dan memahami bahasa inggris dengan baik, akan memudahkan kita untuk berinteraksi dengan orang asing, baik saat kita berkunjung ke negara lain maupun saat kita kedatangan turis mancanegara. Untuk memehamai bahasa inggris sebaiknya dilakukan secara pembiasaan sejak dini.
Pemberian pelajaran bahasa inggris sejak dini menjadi sangat penting karena dengan melakukan pembiasaan untuk berbicara bahasa inggris sejak dini, anak anak akan terlatih dalam conversation bahasa inggris tanpa mengabaikan bahasa ibu ( bahasa indonesia dan bahasa daerah). Di Indonesia, pemberian mapel bahasa inggris sudah dilakukan dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai Sekolah menengah Atas, tentunya dengan bobot pelajaran yang berbeda.
Akan tetapi beberapa waktu yang lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) mengeluarkan pernyataan untuk menghapus pelajaran bahasa inggris dari Sekolah Dasar mulai tahun 2013 / 2014. Pernyataan ini menimbulkan berbagai komentar dari berbagai kalangan, salah satunya dari para orang tua siswa, menurut mereka, mereaka menyesalkan jika penghapusan Bahasa Inggris benar benar terjadi karena para orangtua menganggap bahasa asing semakin mudah diajarkan pada anak-anak jika dilakukan sejak dini.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ( Kemendikbud ) berencana menghapus pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar karena mempunyai beberapa pertimbangan. Pertama, karena Bahasa inggris dianggap terlalu membebani siswa. Wakil Menteri bidang Pendidikan, Musliar Kasim mengatakan selama ini siswa dijenjang pendidikan dasar memperoleh 12 mapel. Rangkaian mapel tersebut dinilai tim perumus kurikulum baru memberatkan siswa sehingga tidak mendukung aktivitas belajar siswa secara efektif. Selain itu penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris  di tingkat dasar bertujuan untuk memberi waktu kepada siswa sekolah dasar untuk  memperkuat kemampuan Bahasa Indonesia sebelum mempelajari bahasa asing, karena menurut Kunjana pakar sosio-linguistik Universitas Gajah Mada- Penguasaan bahasa ibu yang bagus akan membantu ketika anak belajar bahasa kedua dan ketiga. Kemudian masih menurut Kunjana, bahwa sebelum mempelajari bahasa asing kita harus mempelajari bahasa ibu disbebakan untuk mengindari kekacauan kita dalam memahami bahasa ibu, baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Daerah.

B.      ANALISIS MASALAH
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan dalam bagain latar belakang, saya mencoba untuk menganalisis isu penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar tersebut. Sebelumnya alangkah lebih baik pemerintah untuk memikirkan lebih matang lagi mengenai penghapusan Bahasa Inggris tersebut. Perlu dipertimbangkan pula efek untung dan ruginya. Jangan hanya mengedepankan pertimbangan emosional yang bersifat reaksioner tanpa menghiraukan manfaatnya yang bisa jadi lebih besar. Alasan alasan yang rasional, ilmiah dan terukur sangat perlu sebagai dasar bagi keputusan yang dibuat sehingga bongkar pasang kurikulum tidak terjadi tiap kali menteri berganti.
Didalam mempelajari Bahasa Inggris diperlukan kemampuan untuk menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Disini terlihat bahwa pembelajaran Bahasa Inggris untuk siswa SD memerlukan keempat alat indera serta keaktifan kognitifnya.
Dari sisi psikologis, siswa SD yang berusia 7 12 tahun berada pada masa kanak kanak tengah atau middle childhood. Fase ini menjadi masa emas untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Kondisi otaknya masih plastis dan lentur sehingga penyerapan bahasa lebih muda. Menurut Piaget, anak anak pada usia 7 12 tahun masuk kedalam tahap operatinal concrete, dimana anak anak sudah dapat berfikir secara logis mengenai objek yang berbeda, namun masih terbatas pada hala hal yang konkrit. Area pada otak yang mengatur kemampuan berbahasa terlihat mengalami perkembangan paling pesat ketika anak berusia 7 12 tahun, yang biasa disebut sebagai critical periods. Menurut  David Singleton (1995) menyatakan bahwa dalam mempelajari bahasa kedua, "lebih mudah = lebih baik dalam jangka panjang maksud dari pendapat tersebut adalah pembelajaran bahasa kedua contoh Bahasa Inggris, pembelajar awal akan lebih mudah memahami dibanding pembelajar `telat` karena anak anak masih berada dalam periode kritis, sehingga lebih mudah dalam menerima sesuatu. kemampuan dalam proses kognitif, kreativitas, dan divergent thinking berada pada kondisi optimal sehingga secara biologis menjadi waktu yang tepat untuk mempelajari bahasa asing. Hal ini berdasarkan hasil riset teknologi brain imaging di University of California, Los Angeles. Divergent thinking sendiri merupakan sebuah teori yang dikemukakanoleh Piaget dimana anak anak pada fase middle childhood cara berfikirnya sudah menyebar, dalam artian anak anak sudah tidak hanya berfokus pada satu hal, dan bisa melihat sesuatu dari berbagai sisi sekaligus.
Hal lain yang dimungkinkan mengapa Kemendikbud akan menghapus mata pelajaran Bahasa Inggris karena masalah tanggung jawab sosial. Fakta selama ini, anak anak cenderung lebih tertarik untuk belajar Bahasa Inggris dibanding Bahasa Indonesia sehingga penguasaan Bahasa Inggris lebih baik dari penguasaan Bahasa Indonesia. Namun perlu kita amati pula apakah yang menyebabkan Bahasa Inggris lebih menarik dibanding Bahasa Indonesia. Dari pengamatan yang saya lakukan, bahwa memang metode pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak anak disajikan sangat menarik, penuh gambar, penuh warna yang membuat siswa lebih mudah memahami dan tidak menjadikan kejenuhan dalam proses pembelajaran, bandingkan saja dengan metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang monoton, tidak ada perbedaan untuk pengajaran di tingkat dasar dengan tingkat atas. Hal itulah yang menyebabkan minat siswa untuk mempelajari Bahasa Indonesia lebih rendah dibanding mempelajari Bahasa Inggris.


C.      SOLUSI
Melihat analisis yang telah dipaparkan, sebenarnya bukan menjadi masalah jika Bahasa Inggris tetap diadakan untuk tingkat sekolah Dasar. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan pada mampu tidaknya anak Sekolah Dasar mempelajari Bahasa Inggris sekaligus Bahasa Indonesia dalam satu waktu, karena sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang muenguatkan bahwa mempelajari bahasa lebih dari satu dalam satu waktu akan mengacaukan sistem kebiasaan yang lain dalam kognitif anak. Dalam tahap perkembangan Industri vs Inferiority, Erikson meyebutkan bahwa Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif. Di tahap inilah anak anak mulai mengembangkan bakatnya, seperti mengikuti les dan sebagainya. Untuk itu lah ,tidak masalah jika pelajaran Bahasa Inggris tetap dimasukan didalam kurikulum tingkat dasar demi mendukung pengembangan bakat anak, karena seperti yang telah disebutkan diatas bahwa yang berbahaya adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif jika pengembangan bakatnya tidak didukung oleh semua pihak.
Untuk masalah tanggung jawab sosial Penyelesaiannya bukan dengan menghilangkan bahasa yang lebih menarik minat, melainkan perbaiki dan bikin menarik pelajaran bahasa yang kurang mendapat perhatian dan minat itu. Sebab, penguasaan bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab sosial anak sebagai bahasa nasional. Di sisi lain, bahasa Inggris juga penting sebagai bekal generasi kita dalam menghadapi era globalisasi.
Salah satu cara supaya siswa lebih cenderung mempelajari bahasa Indonesia adalah pembenahan komprehensif, baik isi maupun metode pembelajarannya. Metode yang dipakai harus variatif dan kreatif sebagaimana dalam pengajaran bahasa Inggris. Bandingkanlah metode yang biasa dipakai dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan Inggris. Tentu kita akan mengatakan bahwa bahasa Inggris lebih variatif dan kreatif dalam metode ataupun alat belajarnya. Guru-guru yang mendampingi juga merasa senang dengan banyaknya pilihan metode pembelajaran. Akhirnya, anak-anak SD lebih senang dan menikmati.
Semoga pendapat yang singkat ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Kemendikbud untuk melakukan penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris. Semoga keputusan yang diambil bukanlah keputusan yang merugikan bagi generasi penerus.

Sumber:

http://baniprayogi.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar