DREAM COMES TRUE IS POSSIBLE
Semua orang pasti punya mimpi dan cita-cita kan? Begitu juga dengan anak perempuan yang satu ini. Karin namanya. Dia memiliki tiga mimpi atau bisa juga disebut cita-cita. Yang pertama, ke Jepang dan membeli semua pakaian manis nan imut di Harajuku. Kedua, memiliki seorang sahabat sampai tua nanti. Dan ketiga, bertemu jodoh pangeran Jepang-nya yang tampan rupawan. Karin adalah anak tunggal di keluarganya, tidak memiliki saudara kandung sama sekali.
Dan dari sinilah semua mimpi dan cita-citanya dimulai…
SMA Harapan Bunda, salah satu sekolah swasta di pinggiran kota Jakarta pagi ini terlihat semakin ramai, anak-anak berseragam mulai memasuki gerbang sekolah. Dari kejauhan terlihat seorang anak perempuan berkulit putih dan bermata sipit. Ia terlihat berlarian menuju kelasnya. Sesampainya di kelas…
“Amata! Tolong aku!” seru Karin begitu sampai di tempat duduknya. Amata menoleh dengan wajah full malasnya.
“Ada apa sih? Kamu teriak-teriak seperti itu! Memangnya ini rumahmu!” jawab Amata sambil terkekeh melihat wajah Karin penuh peluh dengan rambut acak-acakan.
“Tolong aku, Amata! Aku belum ngerjain tugas bahasa Jepang-nya Sensei Ami. Aku sama sekali nggak mengerti tugas dari dia. Aku boleh liat punyamu yayaya?” pinta Karin penuh harapan.
“Ya udah ambil di tasku! Kamu bukannya nggak mengerti kali ini aja tau, tapi setiap pelajaran bahasa Jepang! Mimpimu mau ke Jepang sedangkan bahasa Jepang-mu sungguh nggak karuan!” ejek Amata lalu tertawa.
“Yayaya! Hina aja aku terus, yang penting aku nggak akan kena hukuman Sensei Ami lagi karena nggak mengerjakan tugas dari dia,” ujar Karin lalu sibuk menyalin tugas Amata.
Pukul 14.00 ,jam pulang sekolah SMA Harapan Bunda. Karin dan Amata bergegas pulang juga tetapi mereka melihat sesuatu yang menarik di MADING sekolah. Sebuah pamflet tentang pertukaran pelajar yang salah satu Negara tujuannya adalah JEPANG! Negara impian Karin. Negara yang paling-amat-sangat ia inginkan untuk dikunjungi.
“Ta, aku pasti ikut program ini! Aku mau banget ke Jepang!” seru Karin senang.
Amata ikut senang melihatnya tapi peluangnya kecil sekali. Dari beratus-ratus atau mungkin beribu-ribu pelajar di Jakarta yang mengikuti program ini, hanya akan dipilih sekitar 60 orang saja. “Kamu yakin mau ikut, Rin? Peluangnya kecil banget, aku nggak mau kamu kecewa kalo nggak dapet apalagi sampai nangis darah. Tau sendiri kamu tuh orangnya gimana, spoiled, you know?”
Karin menimbang-nimbang apa yang dikatakan Amata ada benarnya. Tapi keinginan dalam diri Karin amat kuat dan ia tetap ingin mengikuti program ini. “I will do it! Aku akan terima kalo aku nggak berhasil. Yang penting aku harus nyoba dulu ‘kan!” kata Karin dengan penuh keyakinan.
Amata tersenyum kecil melihat tingkah sahabat sejak kecilnya itu. “Yayaya, whatever-lah. Aku bakal tetep dukung kamu kok,”
‘Itu harus!” ujar Karin semangat. Lalu mereka pulang berdua dengan mengendarai mobil Amata.
Setelah dua minggu Karin mengurusi segala persyaratan yang merepotkan dan membuatnya lelah, ia tinggal menunggu seminggu lagi untuk tes-nya. Awalnya orangtua Karin sangat tidak menyetujui kalau Karin mengikuti program pertukaran pelajar ini. Mereka sangat khawatir pada putri satu-satunya itu. Karin bisa saja ke Jepang kapanpun ia mau, karena keluarga Karin termasuk keluarga yang berlebih. Tetapi Karin menolak mentah-mentah jika ditawari oleh kedua orangtuanya, alasannya selalu : AKU MAU PAKAI USAHAKU SENDIRI.
Setelah Karin memaksa dan terus memakasa, dengan berat hati orangtua Karin menyetujuinya. Karin sangat senang karena itu. Karin berharap dapat mewujudkan 3 mimpi dan cita-citanya nanti.
DCT
Setelah Karin mengikuti tes selama 1 bulan penuh. Karin dinyatakan –LULUS- dalam tes tersebut. Yang artinya... GO TO JAPAN!! Karin senang bukan main. Salah satu impiannya terwujud! Dia bisa membuat orangtua dan sekolahnya bangga. Amata juga bangga kepada sahabatnya itu.
DCT
Tiba hari keberangkatan Karin ke Jepang untuk mengikuti beberapa seminar dan berkunjung ke sekolah-sekolah yang ada di Jepang. Hanya dua minggu memang, tapi pasti sangat berkesan untuk Karin. Karin benar-benar nggak menikmati perjalanannya di pesawat! Sepanjang perjalanan dari Indonesia ke Jepang, Karin hanya melakukan satu kegiatan. Yup! Tidur. Teman sebangkunya di pesawat, Asha, hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Karin.
“Excuse me, we arrived in the Airport,” ujar seorang pramugari cantik membangunkan Karin dari mimpi indahnya.
“Uuhm… Ya. I’ll be wake up,” kata Karin setengah tidur. Ia membereskan barang-barangnya lalu turun dari pesawat dan segera mencari kendaraan menuju hotel tempatnya menginap.
Sesampainya di sebuah hotel tempatnya menginap, Karin langsung check in dan dengan tergesa menuju kamarnya di kamar nomor 215. Dia bergegas mandi dan memilih-milih pakaian untuk dipakainya malam ini. Malam ini dia ingin mengelilingi kota Harajuku. Memasuki toko tiap toko dan membeli apapun yang menurutnya lucu.
Karin pergi ke pusat kota naik MRT, karena hanya itu yang dia tahu. Untuk naik taksi, jangan harap uang anda tidak habis karenanya. Sesampainya di Harajuku Town, tidak henti-hentinya Karin berdecak kagum. Kelap-kelip lampu di jalan, pemandangan remaja yang tengah berkumpul dengan teman-temannya, membuatnya terhipnotis.
Karin mulai memasuki tiap toko yang dilihatnya, membeli barang-barang lucu, baju, rok ,aksesoris dan lainnya untuk oleh-oleh dan untuk dirinya sendiri. Ketika keluar toko terakhir “BRUK!!” Karin menabrak seseorang sampai dia jatuh terduduk. Belanjaannya berserakan, rok putihnya kotor. Karin mengaduh kesakitan, lalu ada tangan seseorang yang menawarkan bantuan untuk mengangkatnya berdiri. Karin sudah siap dengan segala sumpah serapah serta caci makian, tetapi saat ia menengadahkan wajahnya...
“Oh My God!!” ujar karin pelan. ‘Ganteng banget nih cowok Jepang. Tipe aku banget’ kata Karin dalam hati.
“Gomenasai. Gomenasai.” kata si tampan sambil merundukkan badannya, kebiasaan orang-orang Jepang. Lalu ia membereskan belanjaan Karin yang berserakan.
“Iya. Iya. Gak apa-apa kok!” ujar Karin. Cowok Jepang itu seakan tidak mengerti apa maksud Karin.
“A-mm,” Karin berusaha menjelaskan apa maksudnya. Dia sama sekali tidak mengerti bahasa Jepang, dalam hati Karin meruntuk kenapa dia nggak serius belajar bahasa Jepang di sekolah. Setelah menemukan kata yang tepat, “Iie.” Ucap karin.
Cowok Jepang itu tersenyum. Mungkin dalam hatinya mentertawai tingkah Karin yang dianggapnya bodoh. “Jya mata!” ujarnya.
“Jya mata!” balas Karin. Cowok Jepang itu lalu pergi. Ketika Karin hendak melangkah, cowok Jepang itu berteriak “Kamu lucu! Aku harap kita bisa bertemu lagi. Ittekimasu!”
Karin berbalik dan terkejut karena ternyata dia bisa berbicara bahasa Indonesia. Karin merasa amat-sangat terlihat bodoh tadi dan menjadi kesal sendiri. Mood belanjanya jadi hilang seketika. Karin memutuskan untuk kembali ke hotelnya.
DCT
Paginya ,Karin sudah siap dengan segala jadwal padatnya untuk mengikuti berbagai seminar di beberapa kota di Jepang dan sekitarnya. Hari ini dia akan pergi ke Shibuya, mengikuti seminar tentang perkembangan budaya Jepang dan Indonesia. Bersama kedua temannya yang bernama Dean dan Reni yang sama-sama berasal dari Indonesia tetapi berbeda sekolah dengan Karin, mereka berangkat ke Shibuya menggunakan kendaraan jemputan.
Sesampainya disana, Karin, Dean, dan Reni dipersilahkan masuk dan duduk di tempat tamu istimewa dari Indonesia. Mereka mengikuti seminar dengan saksama dan baik, tiba saat tanya-jawab yang dipimpin oleh seorang pembicara bernama Tuan Akira Akihito. Karin sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Tuan Akira adalah cowok tampan yang ditabraknya di kota Harajuku. Sekilas Tuan Akira menoleh ke arah Karin sambil tersenyum dan Karin hanya dapat memalingkan wajah karena tidak dapat menahan malu akibat insiden kemarin malam.
Selesai seminar, Karin bersama kedua temannya melakukan aktivitas lainnya sampai hari mulai sore. Setelah itu, mereka kembali ke hotel dan bersiap untuk wisata Meinjigaienmae esok hari.
DCT
Esok harinya, ketika Karin sudah siap dan hendak keluar kamar untuk menemui Dean dan Reni, handphone Karin berbunyi, ada telepon dari nomor yang tidak Karin kenal.
“Ya, ini Karin. Ini siapa ya ?” tanya Karin hati-hati.
Orang diseberang sana menjawab, “Hai. Masih ingat aku?”
Karin mengerutkan alisnya. “Ya nggak tau lah. Nomornya aja aku nggak kenal. Ini siapa sih?” Karin mulai kesal.
“Hahaha” orang diseberang sana tertawa. “Aku, Akira,”lanjutnya.
Karin langsung mengetahui bahwa Akira yang sedang meneleponnya adalah Akira Akihito. “A-ada apa?”
“Aku ingin bertemu denganmu nanti, saat kau jalan-jalan di Meinjigaienmae. Temui aku di Imperial Palace, ya! Dah..”. Telepon ditutup.
Karin amat kesal dengan perlakuan Akira itu, tapi dia juga senang karena itu sama saja dengan mengajaknya berkencan. Karin makin semangat dan keluar dengan perasaan riang.
Sesampainya di Meinjigaienmae…
“Waw! Tempatnya indah banget!!” seru Karin senang. Dean dan Reni tentu senang juga, tapi mereka bukan tipe orang yang terlalu meluapkan perasaannya seperti Karin.
Tiba-tiba Karin teringat akan Akira. “Eh Dean, Ren, aku... aku jalan-jalan dulu ya. Ada sesuatu yang mau aku beli,” kata Karin tiba-tiba.
Dean dan Reni saling berpandangan. “Jangan sendiri, Rin. Biar aku dan Reni temenin kamu. Kalo kamu hilang gimana?” ujar Dean khawatir. Reni mengangguk setuju.
“Aku nggak akan kenapa-kenapa kok! Aku akan telepon kalian kalo aku tersesat, ok! Dah!” seru Karin lalu pergi meninggalkan Dean dan Reni, dia menuju Imperal Palace.
Di depan Imperal Palace, berdiri seorang laki-laki memakai celana jeans, kaus dalaman putih, dan jaket warna hijau, senada dengan sepatu ketsnya. Karin mendekati laki-laki itu. Lelaki itu lalu menoleh dan tersenyum dengan sederetan gigi putihnya yang menawan.
“Hai!”sapanya ceria.
“Hai,” kata Karin gugup.
“Yuk kita pergi. Aku mau ajak kamu ke Love Statue di Shinjuku,” ujar Akira sambil tersenyum.
“Tapi-“
“Udahlah. Kamu nggak akan hilang kok. Kamu aman bersamaku,” potong Akira lalu menarik tangan Karin. Mereka menuju stasiun, ke Shinjuku naik MRT. Untuk kencan pertama, not bad.
Hari ini Karin tidak mengikuti rencana kegiatannya bersama Dean dan Reni. Karin terlalu bersenang-senang bersama Akira. Mereka ke Love Statue, berfoto-foto, setelah lelah mereka memutuskan untuk makan takoyaki dipinggir jalan, minum teh di cafe dan berbelanja. Intinya Karin senang.
Sudah tiga belas hari Karin, Dean, dan Reni berpetualang di negeri orang. Besok adalah hari terakhir mereka di Jepang dan tidak ada kegiatan yang terlalu berat. Malah besok adalah saat mereka dapat berbelanja oleh-oleh seharian penuh.
Karin mencoba menghubungi Akira untuk mengajaknya bertemu besok. Karin sangat sedih karena itu berarti dia tidak dapat bertemu dengan Akira lagi untuk jangka waktu yang lama. Padahal Karin mulai menyadari bahwa dia suka pada Akira. Memang baru beberapa hari mereka saling kenal, tetapi Karin merasa sangat bahagia bila bersama Akira, dia juga merasa aman dan dilindungi.
Akira setuju untuk bertemu besok, karena Akira bilang dia juga ingin menyampaikan sesuatu pada Karin. Karin sudah membulatkan tekad. Dia akan menyampaikan rasa sukanya pada Akira besok!
Esoknya, Akira menelepon Karin dan mengajaknya bertemu di Coss Stitch Cafe di daerah Akihibara. Karin menyetujuinya. Sesampainya Karin disana, Akira sudah lebih dulu menyambutnya dengan senyumannya.
“Hai. Siap untung bertualang lagi?!” tanya Akira bersemangat. Tetapi Karin justru menunjukkan wajah sedih dan tidak bersemangat. “Doushitanda yo?”
Untungnya Akira sudah mengajari Karin beberapa bahasa Jepang yang biasa digunakan dalam keseharian orang-orang Jepang. “Daijoubu ka,”
Akira ikut sedih dan menatap Karin. “Kau nggak terlihat baik-baik saja. Oh ya, apa yang ingin kamu bicarakan hari ini?”
Karin terlihat semakin sedih. “Aku akan pulang ke Indonesia besok pagi. Sudah waktunya aku pulang,” ujar Karin setelah terdiam lama.
Akira sangat terkejut mendengar itu. “Aku kira kamu sekitar satu bulan di Jepang! Oh, kenapa tidak memberitahu aku sejak lama!” kata Akira panik. Dia tidak menyangka akan berpisah secepat ini dengan Karin padahal Akira menyadari kalau dia menyukai Karin.
“Ya aku sedang memberitahumu sekarang. Nggak cuma ini yang mau aku katakan,” Karin lalu membuka notes kecilnya. “Akira, anata boku no daisuki na hito. Aishiteru,” lanjutnya malu-malu.
Tiba-tiba Akira tertawa. “Hahaha, untuk mengucapkan itu kamu perlu notes?! Aku nggak bisa percaya kenapa kamu pilih Jepang sebagai negara tujuanmu padahal kamu nggak mengerti bahasa planet ini,”
Akira sangat menyebalkan, tetapi itulah yang dapat membuat Karin menyukainya juga. “Kamu nggak menghargai aku. Aku mau pulang aja!” kata Karin lalu beranjak pergi. Tetapi tiba-tiba Akira menahan lengan Karin.
“Aishiteru kokoro no nakade, Karin.” kata Akira. Karin tidak begitu mengerti apa artinya, tetapi dia yakin bahwa Akira juga menyukainya.
Setelah itu mereka mengobrol lebih banyak lagi. Akira menceritakan mengapa dia dapat mengerti bahasa Jepang. Ayah Akira adalah orang Jepang sedangkan ibunya orang Indonesia asli. Mereka menikah dan pindah ke Jepang. Tetapi, di rumah mereka selalu berbicara bahasa Indonesia. Akira akan dipindah tugaskan bekerja di Amerika. Semakin sulit komunikasi antara Karin dan Akira, tapi Akira berjanji akan mengunjungi Karin nantinya.
Pukul 06.00 pagi, Karin sudah merapikan semua baju-baju dan semua peralatannya serta tidak lupa oleh-olehnya. Karin siap kembali ke Indonesia walau berat untuk meninggalkan Jepang dan Akira.
Akira mengantar Karin ke Airport dengan mobilnya. Sepanjang perjalanan Akira selalu membuat lelucon yang membuat Karin tidak sedih dan akan selalu mengingat Akira akan sifat humorisnya. Karin akan selalu ingat pada Akira, begitu juga sebaliknya. Karena mereka saling menyayangi.
Tidak lama Karin dan teman-temannya menunggu, pesawat tiba. Tiba juga saatnya Akira melepas kepergian Karin ke Indonesia. Akira tidak membiarkan Karin sedih, Akira berpesan agar Karin selalu tersenyum, mereka sudah bertukar alamat e-mail dan akan berkomunikasi di dunia maya.
Pagi seperti biasa di SMA Harapan Bunda, Karin menuju kelasnya dengan perasaan riang. Ditangannya ada seplastik besar penuh oleh-oleh yang akan dibagikan Karin untuk teman-teman dan guru-gurunya.
“Pagi, Amata! Kangen sama aku?” sapa Karin bersemangat dengan senyum lebar di bibirnya.
Amata menoleh dan tersenyum lebar begitu tahu yang ada dihadapannya adalah Karin. “Kariiinn!!!” serunya lalu memeluk Karin. “Aku kangen banget sama kamu. Kesepian tau! Duduk sendirian, nggak ada teman ngobrol waktu pelajaran kimia yang membosankan!”
“Hehehe. Yang penting aku udah balik ‘kan? Oh ya, aku ada sesuatu buat kamu,” kata Karin lalu mengeluarkan beberapa oleh-oleh untuk Amata.
“Makasih banget ya!”
“Iya, sama-sama. Oh ya, dua minggu aku pergi ada perkembangan berita apa nih? Apa UN sudah dihapuskan? Atau Rudi yang bau badan itu wanginya semriwing sekarang? Ah, atau nggak Deka yang playboy itu memutuskan untuk jadi ustad? Alhamdulillah,” ujar Karin sok tahu.
Amata menatap Karin dengan tatapan penuh keanehan lalu tertawa. “Hahaha. Karin... Karin... Nggak seekstrim itu lah. Masa’ dalam waktu dua minggu semua berubah. Cuma ada satu perubahan sih!”
“Apa?” tanya Karin penasaran.
“Sensei Ami udah nggak ngajar disini lagi. Dia pindah ke SMA Putra Jakarta, dengar-dengar sih bayarannya disana lebih banyak. Hehe,”
“Oh, gitu. Sok tahu ah kamu, Ta. Trus siapa pengganti dia?” tanya Karin.
“Seminggu ini sih belum ada pengganti dia. Pelajaran bahasa Jepang selalu kosong. Tapi kaya’ nya sih udah ada guru pengganti. Waktu aku lewat ruang kepsek aku dengar gitu, Rin,” kata Amata panjang lebar. Sedangkan Karin hanya ber-ooh-ooh ria.
Karin masih membagikan oleh-oleh padahal bel sekolah tanda masuk sudah berbunyi. Tiba-tiba guru pengganti itu datang, Karin yang kerepotan membereskan barang-barangnya menjadi sibuk sendiri dan menarik perhatian guru itu. Guru itu mendekati Karin.
“Sumimasen. Bisakah kamu bereskan itu semua karena pelajaran akan segera dimulai. Siapa nama kamu?” tanya guru itu yang ternyata laki-laki.
“Gomenasai. Maafkan saya, Pak!” ujar Karin masih menunduk kebawah sambil membereskan barang-barangnya. “Saya akan merapikannya. Nama saya Ka...rin,” Karin menoleh ke arah guru itu dan sangat terkejut ketika dia melihat bahwa guru itu... Akira!
Akira tersenyum. “Ternyata aku bisa langsung menemukanmu,” katanya.
“Kenapa kamu...?” ujar Karin.
“Aku bekerja,” potong Akira. “Aku magang disini sekitar beberapa bulan sambil menunggu proyek berikutnya dari Ayahku,”
“Tapi... Amerika?”
“Aku memilih Indonesia sebagai tempatku bekerja. Bukannya aku udah pernah bilang kalau aku akan mengunjungi kamu?” ujar Akira sambil tersenyum lalu kembali ke meja guru dan mulai mengajar.
Teman-teman Karin bertanya-tanya kenapa Karin sudah mengenal guru baru itu. Tak terkecuali Amata, dia terus mendesak Karin menceritakannya. Dan Karin berjanji akan menceritakannya istirahat nanti.
Mimpi Karin yang pertama sudah terwujud, ke Jepang, membeli semua pakaian manis nan imut di Harajuku. Dan dengan tambahan menggunakan usahanya sendiri. Kedua, memiliki seorang sahabat sampai tua nanti, Karin merasa sudah menemukannya, Amata orangnya. Dan ketiga, bertemu jodoh pangeran Jepang-nya yang tampan rupawan. Kalian tahu itu siapa. Ya, Akira!
Semua mimpi dan cita-cita kita pasti bisa terwujud asalkan kita sungguh-sungguh dan benar-benar berusaha untuk meraihnya. Meraih kebahagiaan juga begitu. Jadi, jangan menyerah dalam mengejarnya. Ini cuma salah satu contoh aja, kalau kita perhatikan disekitar kita pasti masih banyak lagi.
So, do the best for yourself!!!
DCT